Friday, June 22, 2012

Pernikahan & Materialistis


menyatukan cinta dalam ikatan yang disaksikan oleh Tuhan adalah harapan tiap kekasih.
bercita merajut cerita mahligai bahagia, setia sepanjang masa sampai akhir hayat memisahkan.
Ikatan pernikahan bukan sekedar menyatakan ikrar pertanggungjawaban, banyak hal yang mungkin bahkan tak terduga setelah menjalaninya. Kala masa menjalin kasih hanya bunga-bunga bahagia yang bertebar, berucap melewati derita bersama. diawal langkah pernikahan mungkin masih terasa manis dan harum, namun seiring waktu dimana tuntutan kehidupan mengambil posisinya, anak-anak telah hadir kedunia adalah masa dimana kekuatan cinta teruji.
Bisa saja perlahan mulai pudar kala tak ada waktu bersama pasangan, anak-anak / keluarga yang mengatas namakan tuntutan hidup dan tanggung jawab.
Sang suami mengatas namakan nafkah keluarga menjadikan dirinya agar menjadi manusia hebat yang patut dibanggakan, apapun akan dia lakukan demi terpenuhinya kebutuhan kehidupan keluarga. nafkah keluarga dan perangkatnya (rumah & isi, kendaraan, dll)
Sang istri pekerja entah atas nama membantu suami atau skedar tak merepotkan suami, diambil alih oleh kesibukan kantor wanita karier, yang ingin mendapat kata 'exis' seorang yang dipandang tidak hanya skedar diam dirumah. atau seorang ibu rumah tangga yang disibukan dengan pekerjaan rumah (masak,cuci,berbenah rumah, atar/jemput anak sekolah, bimbing belajar si kakak, mengasuh si adik, mengawasi perkembanga anak2, dll)
Mungkin dimasa 5th pertama hal ini bisa terjadi.. lagi2 tuntutan kehidupan yang dijadi biang kerok hadirnya rasa hambar atau bahkan pertikaian. Dimana masing2 dituntut untuk mengerti dengan realita dan nyaris harus membunuh rasa. tak ada waktu bersama bahkan bicarapun tak apa2 yang penting kebuthan terpenuhi.
Dengan semboyan "Aku begini smua untuk cinta kita" menuntut perhatian bahkan bermanja sudah bukan zamannya ...TRAGIS...
Dimasa seperti ini lah suhu memuncak masing2 pasangan dintuntut untuk pandai membaca situasi, salah langkah bisa jadi 'tragedi' masa2 inilah orang ketiga masuk dalam kehidupan bahkan mirisnya kurangn perhatian dari pasangan sebagai alasan perhatian tercurah pada lain hati.
so.. begitu rumitnya pernikahan yang begini.
Menikah ga cuma modal cinta tapi juga materi. ga salah kalau wanita mencari calon suami yg udah kerja, mapan dan mandiri (rumah sendiri & kendaraan sendiri) bukan materialistis tapi jika menikah sudah terpenuhi, minimal pekerjaan yang mapan & punya rumah sedikit meminimalisir kemungkinan masalah diatas muncul.
Ini hanya pendapat saya, kesamaan kronolgis kehidupan bukan bermaksud mengangkat cerita :) free to commend

No comments:

Post a Comment